Rabu, 09 Februari 2011

Teman Kantor

Hari ini, seminggu sudah Mila bekerja di kantor barunya dengan kedudukan sebagai sekretaris. Waktu semiggu baginya sudah cukup untuk dapat mempelajari tugas dan pekerjaannya sebagai sekretaris. Berbagai hal kesekretariatan dapat dilakukannya dengan tidak terlalu sulit. Maklum latar belakang pendidikannya sejak semasa SMK memang Kesekretariatan. Hingga berlanjut ke bangku kuliah pun, ia mengenyam pendidikan itu. Sehingga bukan hal yang mustahil bila ia dapat dengan mudah melaksankan tugas-tugasnya.

Sebagai orang baru di lingkungannya, ia harus lebih banyak belajar dari orang-orang di sekitar lingkungannya. Bukan hanya sekadar hal-hal yang berhubungan langsung dengan pekerjaannya, lebih dari itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan hubungan antarkaryawan yang jumlahnya tidak sedikit.

Mempelajari hal-hal baru yang dilakukannya tidak melulu selalu bertanya-tanya ke sana ke mari kepada sesama karyawan yang lebih senior. Dari mengamati kebiasaan sesama teman karyawan yang lebih senior pun, ia dapatkan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga.

Menurut hasil pengamatan Mila, ternyata di lingkungan kerjanya ada beberapa tipe karyawan. Pak Ahmad, salah seorang karyawan senior di ligkungan kerjanya, merupakan salah satu karyawan yang kehadirannya selalu dinantikan. Bukan masalah apa-apa, hanya saja hampir semua temannya merasa sejuk dengan kehadirannya. Senyumnya, tutur katanya, benar- benar tulus, menyejukkan semua teman. Hampir semua bawahannya tidak pernah merasa diperintah, walaupun sebetulnya dia diperintah. Sehingga, ringan saja mereka melakukan tugas. Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam berdiskusi, dengan mudah saja pak Ahmad mendapatkan titik temu tanpa harus membuat orang-orang di sekitarnya yang berselisih merasa dikalahkan atau sebaliknya dimenangkan. Yang jelas, keberadaan pak Ahmad dibutuhkan semua teman, keberadaannya disukai, dan sebaliknya ketidakhadirannya menjadikan teman-temannya merasa kehilangan.

Lain pak Ahmad, lain pula dengan si Marzuki. Posisinya memang tidak setinggi pak Ahmad di kantornya. Ia hanya staf biasa yang tidak memiliki bawahan. Si Marzuki ini memang sangat berprestasi, etos kerjanya jangan ditanya, dan kepribadiannya hampir sama menyenangkannya dengan pak Ahmad. Walaupun memiliki kelebihan yang hampir sama dengan pak Ahmad, tetapi ada sesuatu yang berbeda. Entah mengapa ketidakhadirannya tidak pernah membuat teman-teman sekantornya merasa kehilangan. Kesannya biasa-biasa saja. Kesannya, tidak meninggalkan kenangan yang mendalam.

Ada lagi karyawan lain yang memiliki perbedaan dengan pak Ahmad dan Si Marzuki. Pak Zaki, nama lengkapnya Muzaki. Beliau kepala bagian lain yang kedudukannya sejajar dengan pak Ahmad. Teman-teman dan para bawahan menganggap beliau ini orang yang mubazir. Karena, ada atau pun ketiadaannya tidak membawa perbedaan. Sangat beruntung bagian ini memiliki staf yang andal. Andai saja staf di bagian ini bekerja layaknya tukang cukur, hanya bekerja kalau ada kepala, maka bisa dibayangkan bagaimana bagian ini bisa menyelesaikan masalah-masalahnya. Pak Zaki hampir-hampir tidak memiliki motivasi kerja, sehingga pekerjaannya terkesan asal-asalan, tidak terprogram. Tentu saja cara kerja seperti ini tidak menghasilkan perbaikan, apalagi kualitas. Apalagi prestasi. Yang jelas, orang ini tampak datar-datar saja.

Si Suli, karyawan perempuan di bagian yang sama dengan bagian Mila, lebih mengerikan lagi. Bila hadir dikantor, bukannya menyelesaikan masalah kerja, justru sebaliknya mengganggu kinerja karyawan lain. Apalagi bila ia mendapat tugas pekerjaan, bukannya pekerjaan selesai, tetapi selalu tidak tuntas sehingga jauh dari memuaskan. Sebaliknya, apabila tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan, ia banyak bicara. Celakanya, pembicaraannya selalu saja topik-topik yang sia-sia. Sebetulnya, semua warga kantor mengakui kalau si Suli ini cantik. Akan tetapi, peampilan dan kebersihan tubuhnya selalu memaksa karyawan lain untuk bergunjing. Bukan apa-apa, hanya membuat teman yang di dekatnya merasa tidak nyaman.

Dari sekian banyak orang di kantornya, tampaknya Si Harunlah orang yang paling perlu dikasihani. Bukannya dia cacat, tidak cakap, atau miskin, tetapi perilaku kesehariannya yang makin hari makin kronis. Semboyan tiada hari tanpa fitnah, mengadu domba, membual, tidak amanah, serakah, tamak, sangat tidak disiplin. Pekerjaannya tidak pernah jelas ujungnya, bukan menyelesaikan pekerjaan malah sebaliknya menjadi pembuat masalah. Dapat dikatakana Si Harun ini Si trouble maker. Hampir semua pegawai setiap hari mendambakan ketidakhadirannya. Karena kehadirannya justru hanya akan mengganggu kinerja dan suasana kantor.

Tampaknya Mila tidak akan bingung untuk menentukan teman karyawan dan atasan yang mana yang patut dijadikan teladan dalam kehidupannya.

(diadaptsi dari : 5 Tipe Karyawan di Kantor Kita )
K.H. Abdullah Gymnastiar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar