Jumat, 27 Juli 2012

Pembiasaan

Di depan kelas, sebelum pembelajaran dimulai, anak-anak kuajak bermain-main. “Anak-anak, di tangan kananku ini ada kapur, Sedangkan di tangan kiriku ada penghapus. Kalau kuangkat tangan kananku, maka kalian sebutkan kata ‘kapur’ bersama-sama. Sebaliknya, kalau yang kuangkat tangan kiri,sebutkan kata ‘penghapus’ secara serentak.”

Setelah seluruh kelas memahami maksudku, kucoba mengangkat tangan kananku. Begitu kuangkat tangan kanan, serentak seluruh kelas menyebut kata ‘kapur’. Begitu pula sebaliknya, ketika kuangkat tangan kiriku, segera terdengar paduan suara menyebut kata ‘penghapus’. Beberapa kali kegiatan itu kuulang dan tak ada satu pun anak yang keliru menyebut.

Berikutnya, kusampaikan kepada anak-anak. “Baiklah anak-anak, sekarang kita balik. Kalau kuangkat tangan kananku, sekalipun di sana ada kapur, sebutlah kata ‘penghapus’. Sebaliknya, jika kuangkat tangan kiriku, sekalipun di sana ada penghapus, sebutlah bersama-sama kata ‘kapur’.

Kuulangi kegiatan sebelumnya. Kuangkat tangan kananku. Beberapa anak meneriakkan kata ‘penghapus’ sebagaimana yang kuperintahkan. Akan tetapi, tidak sedikit anak yang masih saja menyebut kata ‘kapur’. Begitu pula sebaliknya, ketika kuangkat tangan kiri, masih saja ada beberapa anak yang tetap menyebut ‘penghapus’. Akan tetapi, tidak sedikit juga yang sudah menyebut ‘kapur’.Ketika kegiatan itu kuulang-ulang, makin lama makin sedikit anak yang salah sebut. Semakin kuulang lagi semakin sedikit anak yang salah sebut. Sampai akhirnya seluruh kelas menyebut dengan benar sesuai yang kumaksud setelah berkali-kali kuulang .

Dari kegiatan itu, terpikir olehku kalau ternyata, untuk menanamkan sesuatu yang baru, dibutuhkan pembiasaan yang harus dilakukan secara terus-menerus sampai sesuatu yang baru itu benar-benar tertanam dalam. Di samping itu, sesuatu yang salah, kalau dilakukan secara terus-menerus akan menjadi berkesan tidak salah bagi pelakunya. Sehingga akan enteng saja sang pelaku melakukan kesalahan tanpa terbebani bahwa sesungguhnya yang ia lakukan itu salah.

Salah satu tugas guru adalah menanamkan sesuatu yang baru bagi peserta didiknya. Alangkah celakanya anak-anak didik kita kalau ternyata yang telah ditanamkan oleh gurunya adalah sesuatu yang salah. Menjadi lebih celaka lagi kalau sang guru tidak memahami bahwa yang ditanamkan kepada anak-anak didiknya adalah sesuatu yang salah.

Wallahu ‘alam.